janji ujung jalan.

by Annisa

sedikit lagi pagi datang. aku pun tergesa menyelesaikan apa yang sudah kumulai…

—–

kau tahu bahwa hati pun bisa bersuara. kadang dia berdengung paling keras, bergetar dengan kencangnya. biasanya bibir yang membahasakan apa maksud sang hati.
hanya saja kali ini bibir terasa begitu dingin dan kaku.
enggan untuk bangun dari peraduan dan membukakan pintu untuk hati.

***

aku mencari-cari sesuatu yang abstrak. aku tak bisa melihatnya, apalagi mendeskripsikannya. tapi aku tahu pasti aku harus menemukannya. menyimpan dengan rapat dan menjaga agar tak seorang pun bisa mencurinya dariku.

petunjuknya hanya satu. sebuah surat berisi pesan darimu. bunyinya : “jika sudah menemukannya, temui aku di ujung jalan. jangan masuk terlalu dalam karena kau takkan bisa melihatku disana.”

ingatanku bereaksi seperti roller coaster.
naik turun dan berputar mengerikan.

aku berusaha mengingat sesuatu yang pernah kau ucapkan padaku. sesuatu dari dalam kepalamu yang amat penting. kau bilang itu rahasia. rahasia kita berdua.
yang bodohnya bisa dengan cepat kulupakan.
aku mengingat dan terus mengingat. masih tak bisa..
sejam berlalu dan aku masih terus mengingat. tetap tak ada yang muncul..
otak ini mulai berdarah.

dan aku mulai menangis. tersedu. seperti sakit sekali rasanya. aku benci menjadi pelupa, aku benci tak mampu mengingat detil. dan aku benci harus melanggar perintahmu. “dasar gadis cengeng, jangan lemah begitu!”. itu yang akan kau lontarkan jika melihatku sekarang.
rasanya seperti kutukan.
maka ku menangis diam-diam. tak bersuara.

pandanganku yang memburam terus mencari-cari petunjuk di dalam kotak harta karun berwarna abu-abu.
ada beratus-ratus gambar di sana. aku membukanya satu persatu demi sebuah detil yang ingin kutemukan.
demi menemukan apa yang ku cari dan bertemu denganmu di ujung jalan.

lalu aku melihat sosok lain di ruangan temaram ini.
air di pelupuk mata menghalangi penglihatanku.
“siapa disana?”
tak ada yang menjawab.
sosok itu kemudian membelakangiku. seperti sengaja tak ingin dilihat wajahnya.
aku bergerak maju. sosok itu hanya diam. bergeming.
lalu tanpa melihat wajahku dia mengulurkan tangan kanannya. memberiku sebuah gulungan kertas.
“ini milikku. boleh kau pinjam.”,bisiknya.
lalu ia pergi meninggalkanku dengan tergesa.

dengan hati-hati kubuka gulungan itu. ternyata adalah gulungan kertas yang amat panjang. sangat panjang.
tiga meter. dan semuanya berisi tulisan.
dengan cemas ku membaca kalimat pertama.
lalu kedua. ketiga, keempat dan seterusnya sampai habis.
di meter ketiga barulah jantungku kembali berdetak. dadaku sesak.

di dalam gulungan kertas itu adalah semua detil yang kucari. semua hal yang setengah mati berusaha kuingat.

semuanya adalah kalimat-kalimat yang pernah kau sampaikan padaku. semua cerita yang pernah kau dongengkan untukku. semua lagu yang pernah kau nyanyikan untukku.
aku semakin tertusuk dan marah pada diri sendiri. kenapa ingatanku harus sependek itu??
mengapa sosok itu bisa mengetahui segalanya dengan sempurna? bukankah ini rahasia kita berdua, seperti yang kau bilang?
hati berteriak dan tersedu. namun bibir tetap saja mengunci diri.
dengan pucat pasi aku meraih kamera di atas meja.

setelah ini..ya, setelah ini. setiap kita bertemu, aku akan mengambil sebuah foto. akan aku cetak dan menuliskan dengan segera segala yang mampu kuingat darimu.
kau tahu, aku akan mencobanya. meski terlihat bodoh.
kau tahu aku berusaha.

sekali lagi. bolehkah kita membuatnya lagi?
rahasia itu. yang akan kita simpan berdua selamanya.
cerita yang hanya kau dongengkan untukku.
lagu yang hanya kau nyanyikan untukku.
sekali lagi..
dan aku berjanji akan mengingatnya. sungguh.

—–

kubawa langkahku ke ujung jalan. sunyi dan hanya ada suara sepatuku terseret.
berharap kau masih menungguku di situ…